Dionisius Prasetyo, lahir di Surakarta, Jawa Tengah pada 31 Desember 1966. Beliau lebih dikenal dengan nama panggung Didi Kempot dan juga merupakan saudara kandung dari pelawak Srimulat, Mamiek Prakoso. Didi Kempot mengawali karir sebagai pengamen di jalanan Kota Surakarta, bermodalkan ukulele dan kendhang ia menyanyi dari satu tempat ke tempat lainnya.
Pada tahun 1988, Didi Kempot mencoba peruntungan di Jakarta. Dirinya kerap berkumpul dan mengamen bersama teman-temannya mulai dari daerah Slipi, Cakung, Senen, hingga Palmerah. Hal ini mencetuskan ide munculnya sebutan KEMPOT, Kelompok Pengamen Trotoar. Setahun berselang, Didi Kempot merekam lagunya yang berjudul Cidro di bawah label Musica Studio. Lagu Cidro ini menjadi salah satu lagu yang melambungkan namanya di kancah musik campursari Indonesia.
Pada tahun 1993, Didi Kempot menginjakan kaki di luar negeri tepatnya Suriname. Populasi masyarakat Jawa yang cukup besar membuat dirinya menjadi salah satu musisi yang tenar di negara tersebut. Lagu Cidro membuatnya bisa mengginjakan kaki di Suriname dan masih menjadi salah satu lagu andalannya. Pada tahun 2013, Menteri Dalam Negeri Suriname, Soewarto Moestadja menyematkan predikat Penyanyi Terpopuler pada Didi Kempot. Hal ini juga didasari pada berbagai anugerah musik nasional Suriname yang diberikan pada Didi Kempot.
Hingga sekarang, Didi Kempot masih memiliki kedekatan dengan Suriname. Pada tahun 2018 ia merilis lagu dengan judul Kangen Nickerie. Nickerie sendiri merupakan salah satu nama kota di Suriname. Salah satu lirik “Angin paramaribo, tansah ngelingake” pada lagu Kangen Kowe juga memiliki nuansa Suriname. Paramaribo sendiri merupakan ibukota dari Suriname. Tidak hanya Suriname, Belanda juga merupakan salah satu negara yang membesarkan namanya. Ketika menginjakan kaki pada tahun 1996 di Belanda, dirinya menulis lagu berjudul Layang Kangen. Selama rentang waktu 1993 hingga 1998, dirinya berhasil mencatatkan 11 kali konser di Suriname dan 2 kali konser di Belanda sedangkan dirinya belum pernah konser di Indonesia.
Didi Kempot kembali ke tanah air pada tahun 1998 untuk meneruskan karirnya sebagai musisi. Setahun berselang, dirinya mengeluarkan lagu Stasiun Balapan yang membuat namanya semakin meroket di tanah air. Berkat lagu Stasiun Balapan, PT KAI memberikan gelar Duta Kereta Api kepada Didi Kempot di tahun 2017. Dirinya kerap diundang dalam acara-acara lokal baik tingkat kecamatan maupun kabupaten. Selain itu Didi Kempot juga sering mengisi acara yang diselenggarakan oleh TNI. Tidak hanya acara formal, Didi Kempot juga kerap bermain di hajatan maupun resepsi pernikahan orang-orang besar. Bahkan dirinya pernah diundang untuk menyumbangkan lagu pada resepsi pernikahan Kahiyang-Bobby pada tahun 2017 di Graha Saba Solo. Selama periode 2000-an, Didi Kempot berhasil menciptakan banyak lagu, beberapa diantaranya Ketaman Asmoro (2001), Cucak Rowo (2003), dan Jambu Alas (2004).
Kejadian seorang pemuda yang menangis akibat menonton konser Didi Kempot menjadi viral di Twitter pada tahun 2019, hal ini membuatnya diundang dalam sesi bincang-bincang oleh Gofar Hilman dengan tajuk #NGOBAM. Hal ini membuatnya semakin dekat dengan generasi muda, bahkan ia mendapat julukan “The Godfather of Broken Heart”. Didi Kempot hadir menyapa generasi yang lebih muda, membuat musik campursari semakin digemari oleh berbagai kalangan. Bahkan lirik-lirik berbahasa Jawa tidak membuat orang dari luar Jawa enggan menyukainya, beberapa video di Youtube menunjukan seorang putra Papua menyanyikan lagu Didi Kempot secara fasih.
Hookspace sendiri pernah mengundang Didi Kempot dalam sesi Ruang Ngibul #1 pada tahun 2017. Dalam sesi tersebut, Didi Kempot bersyukur karena belakangan muncul banyak musisi muda yang menyanyikan lagu berbahasa Jawa, salah satunya NDX AKA. Didi Kempot juga menyebutkan bahwa dirinya merupakan musisi keroncong dangdut, karena terdapat instrumen kendang dan ukulele. Bagi Hookspace sendiri, sesi mengenal lebih dalam sosok Didi Kempot di Ruang Ngibul #1 menjadi tonggak awal berdirinya Hookspace. Konten tersebut (hingga tulisan ini dipublikasikan) telah ditonton 73 ribu penonton di kanal Youtube Hookspace. Hookspace yang awalnya hanya sebuah media yang mewadahi bermusik teman-teman kampus menjadi besar berkat kehadiran sosok Didi Kempot. Didi Kempot yang namanya sudah dikenal seantero Nusantara dan dunia berkenan untuk melakukan sesi tanya-jawab dengan media yang baru seumur jagung.
Didi Kempot menjadi representasi orang-orang yang terus berkarya, melihat lagu-lagunya banyak dicover artis-artis muda justru membuatnya semakin semangat dalam berkarya. Dilansir dari CNN, Didi Kempot sudah melahirkan kurang lebih 50 album dan 700 lagu selama hidupnya. Didi Kempot secara tidak langsung berhasil merangkul semua lapisan masyarakat Indonesia melalui lagu-lagu patah hatinya.
Daripada patah hati mending dijogeti, kiranya begitu deklarasi perkawanan kaum-kaum yang hatinya terluka. Pakde Didi pernah bilang, “Opo wae sing dadi masalahmu, kuat ora kuat koe kudu kuat. Tapi misale koe wis ora kuat tenan, yo kudu kuat” (Apa saja yang jadi masalahmu, kuat tidak kuat kamu harus kuat. Tapi misalnya kamu sudah tidak kuat sekali, ya harus tetap kuat). Faktanya kita semua memang pernah terluka lantaran satu dan lain hal, tetapi hidup harus terus jalan dengan segala konsekuensinya. Ia merepresentasikan, mewakili, jadi empati kegalauan hati. Tentang ambyar-nya perasaan terdalam yang selalu kita simpan di bilik hati yang luka. Ungkapan Agus Mulyadi dari Mojok bahwa kita bisa patah hati tanpa perlu jatuh cinta kiranya memang benar. Suatu waktu saya pernah berpikir “mendengarkan Didi Kempot gak akan pernah sama ketika punya pacar”, dan mungkin ungkapan tersebut benar adanya.
Akhir kata, terlalu banyak kata-kata baik untuk menggambarkan sosok Didi Kempot dan saya tentu tidak bisa menuliskannya disini. Tetapi satu yang pasti, tidak ada hal yang mampu saya gunakan untuk membandingkan Didi Kempot di dunia ini karena memang Didi Kempot lah semesta itu sendiri. Sekarang dirimu sudah ada di Dalan Anyar. Sugeng tindak Didi Kempot, matur suwun.
Leave a Reply