Peradaban Musik Indonesia Lahir dari Timur

by


“Maaf kaka, musik kami sudah 5.0..”

Sayur kol, sayur kol, makan daging anjing dengan sayur kol..

Bohong kalau nggak ikutan nyanyi! Pasti sudah membekas di sanubari kita semua, bukan?

Lagu yang populer berkat video anak perempuan tengah berswa-video sambil bernyanyi tersebut menjadi hits penutup tahun 2018. Pertama dengar, sebagian orang pasti tertawa, termasuk saya. Tapi, lama-lama kok judeg juga. Apalagi saat berbondong-bondong muda-mudi yang maha eksis dan kebelet narsis ikut-ikut reka ulang via aplikasi tik-tok de el el. Dasar kelakuan warga Kelas 3 zaman Hindia Belanda.

Tapi jauh sebelum girl with meatdog and cabbage, di awal 2018 sudah ada lagu dari Indonesia Timur yang membuat kita selalu terngiang-ngiang hingga akhirat kelak. Ini saya sarikan bagian reff-nya, bohong juga ini kalau sampeyan gak nyanyi. Xixixi.

yah Ma, gak ada weris nih

yah Kong, bagaimana dang

tenang, ada anjing kacili wa

Tetew.. tetew.. tetew.. tetew..

Sehabis itu tetew terus sampai 105 kali, sudah saya hitung dengan kerapatan antara tetew satu dengan lainnya sepersekian detik. Monggo kalau ada yang mau koreksi, saya open diskusyen.

Adalah Bassgilano, pemuda asal Manado (Sulawesi Utara), yang mempopulerkan lagu tersebut. Lagu tetew telah ditonton 13 juta pasang mata di yutub (saat ini mungkin sudah bertambah). Padahal, penduduk Provinsi Sulawesi Utara tahun 2017, menurut BPS, adalah 2.461.068 jiwa saja. Ini menunjukan lagu tetew bisa meng-Indonesia. FANTASTIK.

Musik dari Indonesia Timur memang terkenal unik dan goyang-able. Mungkin karena hampir setiap harinya masyarakat Indonesia Timur selalu lekat dengan musik dan berpesta.

Kalau saudara sempat ke Morotai, saudara pasti akan disambut baik oleh musik EDM khas sana. Lagu apapun, terutama lagu lawas hits 80-90an, akan terdengar ‘meriah’ di kuping kitorang. Sa merasakan sendiri hidup di sebuah pulau kecil sebesar Bikini Bottom yang jaraknya 1,5 jam dari pulau besar Morotai sewaktu KKN. Untuk merayakan Idul Fitri, warga sana biasa baronggeng (berdansa) diiringi lagu EDM selama 7 hari 7 malam. Catat sekali lagi, 7 HARI 7 MALAM SAUDARA-SAUDARA SEKALIAN. Subhanallove.

Lagu DJ Atok (Wallahu’alam ini siapa) dengan hitsnya “Janda Anak Dua” menjadi pembuka acara ini. Lagu ini terkenal seantero Halmahera. Lagu selanjutnya, sesuai rikues ibu-ibu, pastinya adalah “Romantika Diamor” yang dinyanyikan Farid Harja. Tentu sudah di-remix dengan sentuhan EDM-EDMan. Alunan lagu yang semangat membuat joget ditambah bergairah dengan sebotol sopi atau CT (Cap Tikus) di tangan. Sungguh pengalaman yang menyenangkan sekaligus melelahkan. Andai berjoget saat KKN bisa dikonversikan dengan SKS, niscaya saya wisuda dengan cum laude.

Tidak heran dong, hidup yang kental dengan alunan musik ini membuat banyak sekali musisi-musisi jempolan Indonesia lahir dari sana. (((Khazanah))) permusikan Indonesia diwarnai oleh penyanyi-penyanyi kondang dari wilayah ini. Mulai dari Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, hingga Papua. Masa golden memories tahun 80-90an, didominasi oleh penyanyi-penyanyi dari Indonesia Timur seperti Obie Mesakh dari Pulau Rote. Mustahil bapa-ibuq kita tak mengenal doi.

Lalu, dari pulau Ambon berderet nama besar yang menghiasi dunia permusikan tanah air. Sebut saja Bob Tutupoly, Broery Marantika, Pance Poondag (dengan tembang khasnya “Demi Kau dan Si Buah Hati” yang sukses merajai tangga lagu semua Bus Cepat Malam Antar Provinsi), Glenn Fredly, Harvey Malaiholo, Utha Likumahuwa, Keluarga Goeslaw (Melky dan Melly), serta masih banyak lagi.

Bisa dibilang, bila matahari terbit dari timur, begitupun juga dengan musik Indonesia. Mulai dari genre, budaya, hingga penyanyi-penyanyi terkenal dengan suara khas datang dari sini. Tak lebay kiranya bila menyebut peradaban musik Indonesia lahir dari Timur. Bila pasar musik Indonesia Barat masih berkutat pada musik industrialis maka “maaf kaka, musik kami sudah 5.0”.


Posted

in

by

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *